16 Oktober 2009

Selingan, intermezzo mungkin.

Sedikit berbicara tidak penting, melantur bahkan, maaf.

"Menunggu adalah hal sia-sia!", itu kata sebagian orang ( bahkan hampir semua). Entah jawaban akan doa, atau apapun, bebas, abstrak.
Mencoba terus, berhenti, lagi, mencoba terus, berhenti lagi. Repetisi pun terlakukan terus berulang.

Keluhan, amarah, cacian, berbagai macam ekspresi yang terluapkan saat dihadapkan pada ketidakjelasan.
Cukup manusiawi memang jika hal yang diinginkan tak bisa kita gapai, putus asa, mati mungkin imbas parahnya. Mencaci Tuhan pun dilakukan demi tersalurkannya hasrat berang ini, ironis. Tapi bagaimana lagi? Begitulah kenyataannya? Ya kan?

Titik balik, itu dia!

Perubahan pada pemikiran ini dibutuhkan secepatnya, dari hal-hal yang mendasar sampai komplex sekalipun, semua tergantung pada alam sadar kita. Tanpa kita sadari sebenarnya ,rasa sedih, senang, haru, gundah, galau, syukur, dan luapan perasaan lainnya semua kita kendalikan dengan satu rangkaian kongkrit, pola berfikir.

Mungkin mereka bilang sesuatu hal bisa dikatakan luar biasa! Tapi kita malah datar dan tiada tertarik sedikit pun, yaa, aneh memang. Tapi semua itu tergantung dari mana kita mau melihat hal itu bukan, dari sisi yang sama, atau berbeda sama sekali.

Sering pada hal kecil, sekecil apapun, jarang terucap “terimakasih!” atau apalah jenisnya atas penerimaan pada hal yang hampir terabaikan tersebut. Sebenarnya, walaupun hanya dengan satu kata sederhana itu dan pada hal yang sederhana pula, kita dapat mendatangkan lebih banyak lagi hal yang membuat kita lebih sering lagi mengucap kata sederhana itu. Jauh dampaknya dan bahkan lebih baik sekali dari pada terus mengeluh karena yang didapatkan tak sesuai dengan harapan. Sedikit berbelit-belit di sini.

Dapat artinya?

Semoga. -rhp